Rabu, 17 Maret 2010

Islam dan Peradaban Dunia

Pada dasarnya segala sesuatu baik itu yang disadari maupun yang tidak, semuanya dilandasi oleh kebutuhan. Maka tidak heran kalau umat Muslim pada masa yang lampau mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang tidak terpikirkan sebelumnya, hal itu terjadi karena kebutuhan dan tututan agamanya untuk terus hidup dan melakukan peribadahan yang lebih baik dan sesuai dengan peraturan yang ada.
Ketika agama berbicara mengenai arah kiblat; waktu shalat, shaum, haji dll; hubungan antar manusia; kebersihan dan kesehatan. Maka timbulah berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Lalu mereka berusaha menjawab dengan bahasa mereka sendiri yaitu dengan melirik satu peradaban yang lebih maju sebelumnya. Dan tersebutlah Khalid ibnu Yazid ibnu Muawwiyah sebagai salah seorang khalifah yang memiliki perhatian khusus terhadap ilmu pengetahuan. Ia mengkaji ilmu kedokteran, kimia dan astronomi, dan ia pun giat mencari dan mengumpulkan kitab-kitab ilmu pengetahuan dari Iskandariah dan sekitarnya. Dan menurut sejarah ialah orang pertama yang membut rak kitab. selain itu beliau mengangkat pula ahli-ahli penerjemah untuk menerjemahkan kitab ilmu pengetahuan dari Mesir dan Yunani. Penerjemahan inilah yang menjadi bahasa mereka untuk menjawab segala pertanyaan yang timbul dari kebutuhan Agamanya.
setelah masa penerjemahan dan pengembangan yang pertama itu, diikuti pula dengan masa penerjemahan dan pengembangan yang ke dua yang dipelopori oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur pada tahun 136-158 H didirikan lembaga pengkajian ilmu pengetahuan. Diantara pekerjaan lembaga pengkajian itu adalah menerjemahkan kitab dari bahasa Siryani, Yunani, Hindi, persia dan bahasa lainnya.
Pada masa Khalifah Al-Ma’mun antara tahun 193-218 H, ahli-ahli kedokteran diperintahkan untuk menerjemahkan kitab-kitab kedokteran berbahasa Persia yang bermakna tinggi yang berasal dari peninggalan kedokteran Arianasapur dan Jundi syahpur. Lalu diperintahkan pula untuk menerjemahkan kitab-kitab kedokteran tulisan Galen, Aribasius,Paul Agina dan Aleksander Thalus dari bahasa Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab. Akibat dari masa penterjemahan itu maka tidak sedikit kata-kata baru yang lahir kedalam bahasa Arab seperti filsafat, filusuf, iskandar, tasawuf, sufia, aristun, aflatun dan lain sebagainya begitu pula kepercayaannya yang menyusup dan menggerogoti Agama Islam sedikit demi sedikit.
Rupanya metode menerjemahkan tidaklah cukup untuk dapat membuktikan kebenaran, maka mereka melakukan suatu penelitian untuk menguji apakah benar atau salah, kemudian mereka mengembangkannya sehingga menjadi pengetahuan yang mandiri. Sebagai contoh: ketika Ptolomeus dan Euclid mengatakan bahwa kita bisa melihat benda karena mata memancarkan berkas penglihatan kepada benda yang dilihat; setelah melakukan mengujian maka Al-Haitham berkata bahwa bendalah yang memancarkan cahaya kemata (walaupun pernyataan ini tidak sepenuhnya benar).
Dengan penelitian, pengembangan dan penciptaan ilmu pengetahuan mandiri inilah yang mengakibatkan mengapa pada masa yang lampau Negara Islam dan Umat Muslim dapat memperoleh puncak peradaban yang tidak diraih oleh negara-negara Barat.
sementara tokoh-tokoh yang menjadi subjek pengembangan ilmu pengetauan itu diantaranya ialah:
1. Abu Al-Qosim Az-zahrawi (bapak ilmu bedah moderen)
Beliau dilahirkan pada tahun 324-404 H di Zahra pinggiran kota Cordova, ibukota Spanyol Muslim. Pendidikan awal dan menengahnya di Zahra dan Cordova. Di Cordova ia mengkaji ilmu bedah dan karena prestasinya ia menjabat sebagai tabib istana Khalifah Abdurrahman III, penguasa andalusia.
Ketika ia hendak memulai pembedahan ia mulai dengan mencuci alat-alat bedahnya dengan zat yang dinamakan ASAFRA pencuci bakteri.
Az-zahrawi terkenal dengan bedah ginjal berbatu, menyambungkan nadi dan sebagainya.
Az-ahrawi adalah seorang guru besar dan peletak dasar ilmu bedah bagi dokter-dokter Eropa. Dari Az-zahrawi itulah berkembang ilmu bedah moderen sekarang.
Kitab Az-zahrawi yang terkenal diantaranya:
At-tashrif liman ‘azaza ‘an ta’lif dan ‘Aqaqir al-mufrodah wa al-murakkabah

2. Abu Raihan Muhammad Al-Biruni (astronom)
Abu Raihan Muhammad Al-Biruni dilahirkan di Khwariz pada tahun 973. Dia mempelajari bahasa Arab, hukum Islam dan beberapa cabang ilmu pengetahuan. Kemudian, ia belajar bahasa Yunani, Syiria dan Sanskrit.
Dia hidup sejaman dengan Ibnu Sina dan diketahui melakukan korespondensi dengannya.
Al-Biruni adalah orang pertama yang melakukan percobaan yang berhubungan dengan fenomena Astronomi. Dia menyatakan bahwa kecepatan cahaya luar bisa dibandingkan dengan kecepatan suara. Dia menggambarkan bahwa Milky Way sebagai kumpulan fragment bintang berkabut yang tidak terhitung banyaknya. Al-Biruni menggambarkan pengamatannya mengenai fenomena gerhana matahari tanggal 8 april 1019. Pada gerhana matahari yang diamatinya di Lamghan (sebuah lembah yang dikelilingi gunung-gunung antara kota Qandahar dan Kabul, dia menulis:”...pada waktu matahari terbit kami melhat kira-kira sepertiga dari matahari tertutup dan bahwa gerhana tersebut menyusut”. Dia mengamati gerhana bulan di Ghazna dan memberikan rincian akurat mengenai ketinggian yang pasti dari berbagai bintang-bintang yang diketahui pada waktu kontak pertama.
Kitab Al-Biruni yang terkenal diantaranya:
Al-Tafhim-li-Awail Sina’at al-Tanjim dan Qonun Al-Mas’ud fi al-hai’a wa Al-Nujum

3. Ibnu Khaldun (bapak sosiologi dan ilmu sejarah)
Dilahirkan pada tahun 732 H di Seville (spanyol Muslim). Ibnu Khaldun dididik di tunis dan Fez, dan belajar Al-Qur’an,Hadist dan cabang-cabang study Islam lainnya seperti Dialektika, Syari’ah. Dia juga mempelajari bahasa Arab, filsafat, matematika dan astronomi. Ketika dia masih berusia belasan tahun, dia berdinas pada penguasa Mesir yaitu Sultan Barquq.
Kitab yang terkenalnya:
Muqadimah

4. Jabir Ibnu Hayyan (bapak ilmu kimia)
Ia lahir dari keluarga Al-Barnaki seorang mentri terpenting pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. Ayahnya, Hayyan adalah seorang pedagang, penyalur dan peracik obat-obatan terbesar pada masanya. Jabir Ibnu Hayyan terkenal seorang tabib ahli obat, filsafat dan ahli kimia. Ia mengadakan percobaan di laboratorium yang dibangunnya sendiri
Kitabnya yang terkenal:
Al-kimia dan Maqalah fi as summ

5. Abu Ali Al Husain Ibnu Abdillah Ibnu Sina (bapak kedokteran moderen)
Ia lahir di dusun Afshana dekat Bukhara pada tahun 371 H dan meninggal pada tahun 429 H.
Pada masa kecil ia mengkaji bidang syari’ah dan konon telah hafal Al-Qur’an pada usia sepuluh tahun. Ia memasuki lembaga pengkajian dan mendatangi guru akan tetapi kebanyakan ia belajar sendiri. Ia juga memperdalam filsafat Plato, Aristoteles dan neo platonos. Sampai usia 17 tahun ia telah menjadi tabib menengah.ia bekerja sebagai pembantu tabib, lalu sebagai tabib di Bukhara. Ia pernah mengobati penyakit Sultan Nuh dari dinasti Saman. Ia bekerja di Gurgan, Rai, Hamadan dan Isfahan secara bergantian dari istana ke istana lainya.
Kitabnya yang terkenal:
Al-Qonun fi Thib, Ar-Risalah dan Arjuzah fi thibb


BUKU RUJUKAN
DR. Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam sejarah dan perkembangannya.
DR. A. Zahoor, Dominasi Ilmuwan Islam Th. 700-1400 M.
Dan sumber-sumber yang tidak bisa disebutkan karena telah terlalu lama untuk diingat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar